Kamis 17 Mar 2011 17:41 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tidak diumumkannya hasil riset penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) terkait soal Kasus susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii disebabkan sejumlah faktor seperti kepemilikan data-data riset dan bahaya tentang bakteri Sakazakii. Demikan penegasan Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih saat bersilaturahmi ke harian Republika, Rabu (16/3).
Dia mengatakan pihaknya secara substansi tidak bisa memaparkan hasil riset tersebut lantaran tidak memiliki data-data hasil riset. Endang mencontohkan peneliti mengatakan dalam 56 merk susu formula yang beredar tahun 2006 terdapat 22 susu formula. Namun, tidak jelas cara pengumpulan sampel susu yang menjadi objek penelitian.
Masalah lainnya, kata Menteri, peneliti juga menggunakan anak tikus (kemencit) yang belum tentu akan berdampak serupa bila diberikan pada manusia.
Setelah riset, persoalan lain yang perlu diketahui masyarakat adalah dalam dosis tertentu bakteri Sakazakii tidak berbahaya. Dalam riset tersebut pihaknya tidak mengetahui seberapa dosis yang menjadi sampel. Menurut Endang, kalau dosis bakteri Sakazakii terbilang kecil maka tidak akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Sebaliknya, bila dalam dosis besar maka itulah yang berbahaya.
Kasus enterobakter Sakazaki dalam susu formula mencuat pada Februari tahun 2008. Peneliti IPB menemukan kandungan bakteri itu dalam 22 merek susu formula yang beredar di Indonesia tahun 2003 sampai 2006. Kala itu, IPB, BPOM dan Depkes menolak memberitahu nama-nama merk susu formula yang dimaksud.