Senin 10 Jun 2024 13:26 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir semua warga Desa Adat Guwang di Gianyar, Bali tak lagi bergantung pada merek air minum galon terkenal. Jika air galon merek-merek populer biasanya dijual seharga Rp15.000-19.000, warga Guwang hanya perlu merogoh kocek Rp5.000 untuk merek lokal desa 'Toya Beji'.
Toya Beji berasal dari mata air di pinggir sungai setempat yang dahulu sempat terbuang percuma, dan kini sudah dialirkan dan diolah untuk menjadi air minum dalam kemasan. Mata air juga sudah terhubung ke rumah-rumah warga sebagai sumber air bersih. Air 'Toya Beji' ini belum tersertifikasi BPOM, tapi disebut sudah teruji laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Pengolahan mata air ini, menurut pemerintah desa, berkat anggaran senilai Rp400 juta dari Kementerian PUPR dan pemerintah daerah pada 7 tahun lalu. Selain jadi pemasukan baru bagi desa, Toya Beji juga mempekerjakan warga lokal, dengan gaji yang diklaim sudah setara upah minimum kabupaten.
Pemenuhan akses air bersih menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pemerintah — tak terkecuali Bali, yang tak lepas dari kearifan lokal 'Tri Hita Karana'.