Senin 02 Sep 2013 15:23 WIB

Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman

Identitas Islam di Antara Balutan Sekularisme Azerbaijan

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU--Cukup lama Azerbaijan ditempa komunisme Uni Soviet. Ini membuat, Azerbaijan menyandang status negeri ateis.

Bubarnya Uni Soviet, lalu berdirinya Republik Azerbaijan merdeka, ada perubahan yang dialami negara itu, utamanya dari sisi spiritual. Secara umum, para pemimpin Azerbaijan menginginkan satu bentuk negara sekuler, yang dekat dengan Barat.

Dari akar rumput, kedekatan historis dengan imperium Islam selama berabad-abad tak bisa hilang begitu saja. Identitas itu masih terjaga kendati ditutupi sekularisme yang didengungkan para politikus.

Dalam perkembangan itu, ada satu gerakan yang menghendaki Azerbaijan menjadi negara Islam. Memang prosesnya tidak mudah. "Anda tahu, Azerbaijan adalah negara Islam paling sekuler di dunia," kata Altay Goyuhsov, pakar sejarah Islam, Universitas Baku, seperti dikutip Eurasianet.org, Kamis (28/8).

Bila melihat dari gelagat pemerintah Azerbaijan, keinginan memperkuat sekularisme tampak begitu jelas. Mereka tidak memasukan agama dalam kurikulum nasonal. Pembangunan masjid harus mendapat izin, dan terdaftar di Departemen Urusan Agama Islam. Literatur agama tidak dijual bebas.

Di kalangan masyarakat Azerbaijan sendiri, mereka memang tidak kaku dalam menjalankan identitasnya sebagai Muslim di sebuah negara sekuler. Peran orang tua cukup besar dalam hal ini. Mereka tetap membekali anak-anak mereka akan tradisi Islam. Namun, mereka membebaskan anak-anaknya untuk berekspresi. Selengkapnya, berikut videonya.