Jumat 15 Apr 2011 15:51 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
A Sen, Menangis mendengar cerita tentang Islam saat kecil
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Tidak seperti mahluk cipta-Nya yang lain, manusia dibekali akal dan budi untuk berpikir. Sebagaimana yang dicontohkan junjungan Nabi Ibrahim AS, dengan segenap akal dan budinya, beliau mencari tahu siapa dirinya, dan pencipta-Nya.
Dari proses berpikir itu, sang pencipta menuntun Nabi Ibrahim AS kepada satu jawaban, yakni Allah SWT, Dzat maha besar yang mengatur segela
sesuatunya. Dari rentetan proses yang dialami Nabi Ibrahim itu, A Sen menuju jawaban yang sama yakni Allah SWT dan Islam.
A Sen yang dibesarkan dalam keluarga pemeluk Kong Hucu boleh dibilang sangat kritis dalam memandang khasanah kehidupan. Perkenalannya terhadap Islam dimulai ketika dirinya membaca Alquran guna menemukan jawaban terhadap hakikat kehidupan. Melalui Alquran, dia menemukan jawaban. Dia pun memutuskan memeluk Islam tanpa dihadiri sanak saudara, saudara seiman. Hanya tembok bisu kamar di rumahnya, yang menjadi saksi putusan A Sen memeluk Islam. Bagaimana A Sen melakukan pencarian terhadap Islam?Apapul tanda-tanda hidayah yang diberikan Allah SWT padanya?Berikut penuturan A Sen yang ditemui
Republika.co.id, saat syukuran ulang tahun Yayasan Haji Karim Oei, Ahad lalu.