Rabu 15 Dec 2010 04:00 WIB

Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman

Komunitas Muslim Michigan, Embrio Ideal Bersandingnya Islam dan Barat

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN--Kota Dearborn, Michigan bagi warga AS merupakan kantong imigran Muslim terbesar di negara itu. Meski terbilang mayoritas, komunitas Muslim Michigan tidak anti terhadap budaya AS atau memaksakan nilai-nilai keyakinan dan kebudayaan mereka kepada masyarakat setempat. Keharmonisan dan keterpaduan budaya begitu indah dan bahkan kian mesra kendati tragedi 11 September menampar imigran Muslim di seantero AS.

Sebuah dokumenter berjudul "Fordson" menggambarkan bagaimana warga Dearborn tidak menunjukkan eksistensi komunitas Muslim yang mayoritas terhadap lingkungan mereka. Fordson adalah sekolah menengah yang boleh dibilang menjadi embrio pemersatu masyarakat Dearborn. Lewat pendidikan yang tidak membedakan asal-muasal dan latar belakang masyarakatnya, Fordson tahu bagaimana mendamaikan keyakinan dan nasionalisme dalam bentuk yang utuh.

Fordson pula yang melahirkan semangat persatuan melalui olahraga nomor satu di AS, yakni american football. Melalui olahraga ini, tampak terlihat bentuk ideal bersandingnya Muslim dan dunia barat. Sebagian pemain american football Fordson merupakan pemeluk Islam segera menularkan tradisi yang mungkin tak banyak diterapkan. Mereka berdoa sebelum bertanding. Mereka yang memeluk Islam membaca Alfatihah dan mereka yang memeluk Nasrani berdoa menurut kepercayaannya.

Ketika Ramadhan datang, pemain american football yang Muslim tetaplah berlatih seperti hari biasa. Mereka menolak untuk diberikan kompensasi kendati mereka berhak mendapatkannya. Mereka yang Muslim tak mau menjadikan Ramadhan sebagai penghambat kemajuan tim dalam kompetisi yang ketat dan melelahkan.

Mungkinkah kondisi ini akan menyebar ke seantero Amerika? Imam Masjid Al-Farrah New York ketika berkunjung ke Jakarta sempat mengatakan harapannya agar Islam diperlakukan layaknya budaya lokal lain yang sudah lebih dulu tiba dan berkembang di AS.

 

Courtesy of YouTube