Rabu 20 Mar 2024 09:55 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID,Suatu ketika, Nabi Muhammad bersabda kepada Mu’adz, “Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah Engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam):
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma A’inni ‘Ala Dzikrika Wa Syukrika Wa Husni ‘Ibadatik
"Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR Abu Daud dan Ahmad, sahih).
Doa yang sederhana tersebut mengandung sejumlah makna yang mendalam
Semua ciptaan Allah memiliki keterbatasan. Ada keterbatasan kekuatan, keterbatasan fisik, dan banyak lagi. Doa dan kuasa Allah akan melampaui seluruh keterbatasan. Dengan doa, seseorang akan mendapatkan kekuatan dari Allah untuk mewujudkan sesuatu yang semula tidak mungkin, menjadi nyata.
Biasanya orang memohon pertolongan untuk dibebaskan dari bahaya. Namun dalam doa ini, Nabi Muhammad menunjukkan pertolongan dalam tiga hal: untuk selalu ingat Allah, bersyukur, dan ibadah yang maksimal. Apabila tiga hal tersebut dilaksanakan secara maksimal, maka akan menjadi wasilah untuk dekat dengan Allah.