Sabtu 06 Nov 2010 00:37 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum Solidaritas Kashmir, Zahir Khan, meminta umat Islam juga memperhatikan persoalan di wilayahnya. Menurut dia, kondisi yang terjadi di Khasmir tak berbeda dengan yang terjadi di Palestina. Karena itu, dia mengharapkan peran aktif umat Islam untuk menyelesaikan perkara yang terjadi di kawasan tersebut.
Dia mengungkap banyak terjadi diskriminasi yang menimpa umat Islam. Akibatnya, umat Islam di Kashmir semakin terpojok dan tersingkir. Isu terorisme, menurut Zahir, kian membuat carut-marut kondisi kawasan tersebut.
Dia pun menyarankan agar Organisasi Konferensi Islam (OKI) lebih berperan dalam usaha menjembatani masalah tersebut. Menurut dia, OKI --sebagai organisasi kumpulan negara-negara Islam-- bisa berperan tidak sebatas normatif melainkan dominan dalam bentuk aksi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai Zahir kurang tegas dalam menengahi persoalan di kawasan itu. Menurut Dia, PBB seharusnya tidak hanya mengeluarkan kebijakan yang sifatnya formalitas belaka. Namun, PBB --dengan kapasitasnya sebagai badan perdamaian dunia-- bisa membuat konflik kawasan menjadi fokus masyarakat internasional.
Kashmir adalah sebuah wilayah di utara India. Istilah Kashmir secara sejarah digambarkan sebagai sebuah lembah di selatan dari ujung paling barat barisan Himalaya. Secara politik, istilah Kashmir dijelaskan sebagai wilayah yang terdiri atas wilayah Jammu, Kashmir, dan Ladakh. Kawasan itu kini menjadi sengketa yang melibatkan tiga negara, yakni Pakistan, India, dan Cina.
Masalah Khasmir memancing PBB untuk turun tangan. PBB segera membentuk komisi yang dikenal dengan nama United Commision for India and Pakistan (UNCIP) 1948. Tercatat sejumlah resolusi yang dikeluarkan PBB untuk menyelesaikan persoalan. Sayangnya, pihak yang bersengketa tidak seutuhnya sepakat dengan paket perdamaian yang dikeluarkan PBB.
Courtesy by Youtube