Senin 14 Jul 2025 19:22 WIB
Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Edward
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Praktik pengoplosan beras premium dengan kualitas rendah saat ini mendapat sorotan. Namun, petani selaku produsen gabah, mengaku tak tahu menahu tentang praktik curang tersebut.
Salah seorang petani di Desa Pekandangan, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Wirsad, mengatakan, saat ini sawahnya sudah memulai masa tanam untuk musim tanam gadu (kemarau) 2025. Ia menyebutkan umur tanaman padinya baru satu minggu.
“Panen rendeng sudah selesai,” ujar Wirsad, saat ditemui Republika di areal sawah miliknya di Desa Pekandangan, Senin (14/7/2025).
Wirsad menyebutkan, saat panen rendeng 2024/2025 (penghujan) kemarin, hasilnya mencapai 14 ton untuk lahan dua bau (1 bau = 0,7 hektare) yang ditanamnya. Menurutnya, hasil panen itu lebih tinggi dibandingkan biasanya yang hanya 10-11 ton per dua bau.
Wirsad mengatakan, gabah hasil panennya dihargai Rp 7.000 per kilogram, lebih tinggi dibandingkan HPP yang mencapai Rp 6.500 per kilogram. Gabah tersebut dijualnya langsung ke tengkulak.
Saat ditanyakan mengenai adanya pengoplosan beras premium yang ramai diberitakan saat ini, Wirsad mengaku tidak mengetahuinya. Ia memastikan, petani hanya menjual gabah kepada tengkulak.
“(Soal pengoplosan) tidak tahu menahu. Pokoknya petani hanya jual gabah saja, tidak tahu selanjutnya gabah itu dikemanakan atau diproses seperti apa,” tukas Wirsad.