Senin 24 Jun 2024 14:25 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Saat ini, semakin kita mendinginkan bumi, kita justru semakin memanaskan planet ini,” kata Mark Radka, Ketua Program PBB untuk Lingkungan Hidup (UNEP) dalam sebuah keterangan. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar peralatan pendingin yang ada di dunia, menggunakan zat hidrofluorokarbon (HFC), yang merupakan gas rumah kaca yang kuat.
Hidrofluorokarbon (HFC) sedianya digunakan untuk menggantikan klorofluorokarbon (CFC), yang dapat merusak lapisan ozon. HFC memang bukan merupakan bahan perusak ozon, tapi termasuk dalam kategori zat yang berpotensi menyebabkan pemanasan global, seperti dilansir situs web KLHK. Negara-negara di dunia telah sepakat untuk mengurangi penggunaan HFC secara bertahap hingga tahun 2045, melalui amandemen kelima Protokol Montreal yang disepakati pada 15 Oktober 2016 di Kigali, Rwanda.
Kesepakatan itu juga mulai berlaku secara internasional pada 1 Januari 2019 lalu. “Bahkan, dengan penghapusan bertahap HFC yang diisyaratkan Protokol Montreal, emisi dari mesin pendingin dan AC diperkirakan tetap akan meningkat dua kali lipat pada 2030, dan tiga kali lipat pada 2050.” imbuh Radka.
Kepada VOA, pakar sekaligus pengajar Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Dr. Mahawan Karuniasa menyebut harus ada ‘keadilan iklim’ dalam menangani hal ini. “Masih banyak masyarakat miskin di negara kita, yang berharap untuk bisa beli AC ketika hidupmnya sudah sejahtera,” kata Mahawan.
“Konsumsi energi masyarakat negara berkembang jauh di bawah negara maju, sehingga masyarakat juga tidak bisa kita larang untuk menggunakan AC. Harus ada keadilan iklim di situ,” imbuhnya.