Ahad 11 Sep 2016 08:44 WIB

Rep: Fian Firatmaja/ Red: Sadly Rachman

Kejanggalan Serangan 11 September

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan 11 September sudah 15 tahun berlalu. Akan tetapi, kejadian itu masih terus membekas di ingatan, khususnya warga Amerika Serikat (AS). Terlebih bagi korban maupun keluarga korban. Selain itu, tragedi yang meluluhlantakkan gedung World Trade Center (WTC), New York itu dinilai banyak memiliki kejanggalan oleh beberapa pihak.

Kelompok Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden dituding AS bertanggung jawab terhadap serangan itu. Pada serangan tersebut, dua buah pesawat berhasil menabrak menara World Trade Center di New York City.

Dalam dua jam, menara kembar tersebut runtuh tak bersisa. Tercatat, sekitar 3000 orang tewas akibat serangan tersebut. Dampaknya, serangan itu dinilai jadi pemicu invasi AS di timur tengah, sekaligus menyudutkan umat Islam.

Richard Gage, seorang arsitek yang telah berpengalaman 20 tahun di bidang konstruksi, berkecimpung dalam banyak proyek perancangan bangunan antiapi sekaligus anggota Institusi Arsitek Amerika serta mendirikan organisasi Architect and Engineer For 911 Truth (Arsitek dan Teknisi Untuk Kebenaran 911) yang berisikan ratusan arsitek dan teknisi berpengalaman, menilai ada kejanggalan saat hancurnya bangunan.

Mereka mengeluarkan pernyataan menyangkal pernyataan Komisi 9/11 yang menyatakan bahwa gedung WTC hancur akibat ledakan yang disebabkan oleh tabrakan dan penyebaran avtur dari penerbangan 11 dan 175.

Para arsitek yang tergabung dalam organisasi tersebut menyatakan, mereka mencurigai adanya perubuhan terkontrol dengan bahan peledak yang menjadi penyebab runtuhnya menara satu dan dua, terutama runtuhnya menara tujuh, setelah berbagai penyelidikan terhadap rekaman video dan analisis lapangan yang menurut mereka sangat tidak wajar dan tak dapat diterima secara ilmu pengetahuan apabila menara tujuh yang terletak jauh dari menara Utara dan Selatan rata dengan tanah.

Tidak hanya Richard, Russ Wittenberg, seorang pilot senior, mantan pilot USAF dengan 30.000+ jam terbang, yang juga pernah menerbangkan pesawat penerbangan 175 yang menabrak Menara Selatan dan penerbangan 93 yang gagal mencapai pentagon, menyatakan ketidakpercayaannya terhadap hasil investigasi resmi pemerintah.

Dia mempertanyakan beberapa fakta janggal, seperti mengapa rekaman pengatur penerbangan saat kejadian 9/11 dirusak oleh komisioner FAA, mengapa 'kotak hitam' tidak ditemukan dari satu pun pesawat, dan juga mempertanyakan tingkat kemahiran pembajak yang menurutnya, untuk sekelas pilot berlisensi pesawat perintis, sangat mencurigakan dapat mengendalikan pesawat sekelas 747 dengan kecepatan tinggi dan menabrakkannya dalam posisi target yang tidak lebar.

Dia bergabung dengan organisasi Pilot for 911 Truth yang di dalamnya berisikan ratusan pilot dan profesional dalam bidang penerbangan dari berbagai belahan dunia yang juga menyangkal laporan resmi dari Komisi 9/11.

Serangan 11 September memang masih menjadi perdebatan banyak pihak. Banyak yang pro dan kontra dengan pengumuman resmi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Bagaiamana dengan Anda?

 

Video Editor:
Fian Firatmaja