Kamis 19 Nov 2015 14:18 WIB
Rep: Casilda Amilah/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Muslim di seluruh Amerika Serikat menghadapi reaksi buruk menyusul serangan-serangan maut di Paris, termasuk vandalisme terhadap masjid dan pusat-pusat Islam, panggilan telepon dan pesan daring penuh kebencian dan ancaman-ancaman kekerasan.
Dilansir VOA Indonesia, para pemimpin advokasi mengatakan mereka telah memperkirakan adanya sentimen anti-Muslim menyusul serangan-serangan tersebut, tapi sekarang mereka melihat lonjakan yang nyata, dihasut oleh sentimen anti-Muslim di media.
"Gambarannya semakin suram," ujar Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islamis di Washington, D.C. "Ada akumulasi retorika anti-Islam dalam kehidupan kita dan saya kira hal itu telah memicu aksi-aksi kekerasan dan vandalisme."
Ia mengatakan peningkatan tingkat sentimen anti-Muslim itu tercermin dalam pernyataan-pernyataan dari beberapa kandidat calon presiden Partai Republik, gubernur dan yang lainnya, yang menentang rencana pemerintah AS menerima lebih banyak pengungsi Suriah.
Nihad Awad, direktur eksekutif nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam, meminta para penegak hukum untuk meningkatkan patroli di masjid-masjid dan lembaga Islam lainnya.
Dalam sebuah pernyataan, Awad menambahkan "Kami mendesak pejabat publik dan kandidat-kandidat presiden untuk tidak mengkambing hitamkan Muslim Amerika dan tidak membiarkan Islam dijelek-jelekkan dengan Islamofobia atau aksi-aksi anti-Islam atau teroris."