Kamis 12 Aug 2010 01:45 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peneliti Astrofisika-Astromnom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaludin, menilai secara astronomi, penampakan hilal pada sidang isbat kemarin tidaklah sah. Menurut dia, Secara syar'i atau berdasarkan keyakinan sah, tapi secara astronomis ini sulit diterima,
Oleh karena masih adanya perbedaan mengenai tampak atau tidaknya hilal tersebut, Thomas menyarankan kepada Kementerian Agama agar membuat kriteria yang didasarkan pemahaman astronomi yang dapat menjadi pedoman penentuan 1 Ramadhan berikutnya.
Dlam blognya, Djamaluddin berpandangan mekanisme perhitungan untuk penetapan awal Ramadhan dan hari raya melalui sidang isbat sudah cukup memenuhi syarat. Sayangnya, ada syarat lain yang dinilainya belum tercapai. Syarat itu adalah kesamaan kriteria hilal antar ormas. Menurut Djamaluddin masing-masing ormas Islam masih mempunyai kriteria sendiri , walau saat ini mulai ada semangat untuk mencari titik temu.
Menanggapi pandangan itu, Menteri Agama Suryadarma Ali berjanji akan memfasilitasi ormas islam untuk berdialog dan menemukan kriteria hilal yang seragam.