Selasa 28 May 2024 07:39 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hamas menembakkan rentetan roket dari Gaza, yang memicu sirene bergaung di Tel Aviv dan sejumlah wilayah lainnya di Israel, pada Ahad(26/5). Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan yang diakibatkan serangan roket jarak jauh tersebut.
Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam klaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Sementara, militer Israel menuduh roket tersebut ditembakkan dari Rafah. “Itulah sebabnya kami melakukan operasi di Rafah,” kata jubir militer Israel, Daniel Hagari.
Pada hari yang sama, serangan udara Israel di sebuah area pengungsian di Tel Al-Sultan, Rafah Barat menewaskan sedikitnya 35 orang, dan melukai puluhan lainnya. Jubir Kemenkes Gaza, Ashraf Al-Qidra menegaskan bahwa sebagian besar korban luka adalah wanita dan anak-anak.
Video yang diperoleh Reuters menunjukkan lokasi tersebut terbakar, sesaat setelah serangan terjadi. IDF sebut telah mengetahui laporan yang menunjukkan bahwa serangan itu menimbulkan kebakaran, dan mereka tengah meninjau insiden tersebut.
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri menggambarkan serangan di Rafah sebagai ‘pembantaian’, dan menganggap ‘Amerika Serikat bertanggung jawab membantu Israel dengan senjata dan uang’. Konflik Hamas-Israel di Gaza kembali memanas setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 252 orang, menurut penghitungan Israel.
Hampir 36.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 80.200 terluka dalam serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sebelum 7 Oktober 2023, sebanyak 6.180 warga Palestina tewas akibat pendudukan dan konflik berdasarkan catatan tahun 2008-2022 dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Korban tewas Israel mencapai 279 jiwa selama periode yang sama.