Kamis 01 Oct 2015 08:57 WIB
Rep: Casilda Amilah/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, Jepang telah kalah dalam persaingan memenangkan kontrak pembangunan prasarana kereta api berkecepatan tinggi di Indonesia. Kontrak itu dimenangkan oleh Cina. Ini merupakan pukulan berat bagi pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe yang berusaha memanfaatkan ekspor infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi. Demikian seperti dilansir oleh kantor berita Kyodo.
Sofyan Djalil, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengatakan kepada Menteri Negara Yoshihide Suga di Tokyo, Selasa (29/9) bahwa Indonesia berencana memilih proposal Cina. Demikian ujar Suga dalam jumpa pers.
Rencana Indonesia itu disampaikan setelah awal bulan ini Indonesia menolak proposal Cina maupun Jepang, untuk proyek pembangunan kereta api berkecepatan tinggi dengan alasan biaya yang tinggi dan menawarkan untuk mempertimbangkan kereta api berkecepatan menengah yang lebih murah.
Tetapi Sofyan mengatakan kepada Suga bahwa Cina baru-baru ini membuat proposal baru untuk membangun jaringan kereta berkecepatan tinggi antara Jakarta dan Bandung tanpa pengeluaran dana dari Indonesia atau jaminan utang. Sofyan mengunjungi Jepang sebagai utusan khusus Presiden Joko Widodo. Suga menyebut tindakan Indonesia itu “sulit dipahami” dan “sangat disesalkan.”
Juru bicara pemerintah Jepang meragukan kelayakan proposal Cina untuk membangun kereta api tanpa pendanaan Indonesia. Proyek kereta api itu diperkirakan akan menelan biaya 78 triliun rupiah atau sekitar 5,3 miliar dolar.
“Ini bertentangan dengan kebijaksanaan umum. Saya ragu apakah itu akan berhasil,” kata Suga.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Sofyan Djalil telah dikirim ke Jepang, namun menolak untuk mengatakan siapa yang telah dikirim ke Cina.
Video Editor: Casilda Amilah