Senin 12 Sep 2011 11:31 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peringatan tragedi 9/11 di Ground Zero, New York, Ahad kemarin, berlangsung khidmad. Hadir dalam acara peringatan, Presiden AS Barack Obama, mantan Presiden AS George W. Bush dan mantan Presiden AS Bill Clinton. Hadir pula
para keluarga korban tragedi 9/11.
Sabtu lalu, seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera, Presiden Obama mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berusaha keras untuk menjaga keamanan nasional AS. Menurut Obama, dibandingkan satu dekade lalu, kini AS jauh lebih kuat. Sebaliknya, al-Qaeda justru semakin dekat pada kekalahannya. Itu terwakili lewat kematian Osama bin Laden dan bangkitnya revolusi di timur Tengah.
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan Muslim tidak mampu melaksanakan serangan 9 / 11 terhadap Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang itu. Ia mengecam mantan presiden AS, George W Bush menjelang peringatan 10 tahun Tragedi 11 September, Ahad kemarin.
Menurut Mahathir, Bush bisa berbohong sehingga membunuh orang Irak, Afghanistan, dan tentara Amerika sendiri. Karena itu, Bush mungkin saja berbohong tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap serangan 11 September.
Jim Grossman, presiden Asosiasi Sejarah Amerika, tragedi 9/11 telah mengubah ritme kehidupan setiap hari warga AS. Perubahan itu terlihat dari tingkat kewaspadaan dan nasionalisme bangsa AS. Namun, tidak dipungkiri ada semacam kepanikan yang menyebabkan munculnya sejumlah kasus diskriminasi terhadap warga Muslim AS.
Dalam jajak pendapat Gallup, hampir setengah dari Muslim yang disurvei mengatakan mereka secara pribadi mengalami diskriminasi ras atau agama. Profesor Universitas Michigan-Dearborn, Sally Howell, mengatakan reaksi nasional terhadap Arab dan Muslim telah melahirkan pengawasan secara ketat. Bagi pemerintah AS, komunitas Arab-Amerika dan Muslim seolah ancaman bagi masyarakat.
Courtesy of VOA